🏓 Kasus Public Relations Terkini
StrategiKomunikasi Public Relations dan Citra Positif Organisasi (Kasus Public Relations Rumah Sakit "X" di Jakarta) Nur Kholisoh Program Studi Magister Ilmu Komunikasi Universitas Mercu Buana Kholisoh.nur@ Fakultas Ilmu Ekonomi Universitas Tarumanegara Program Studi Ilmu Komunikasi yenitayenita@yahoo.com Abstract
Dimana peran PR (Public Relations) Citibank dengan 2 kasusnya baru-baru ini? Kasus yang menimpa Prita Mulyasari dengan Rumah Sakit Omni jadi pelajaran penting bagi organisasi untuk tidak arogan. Seandainya RS Omni tidak mempertahankan tuntutan di saat masyarakat kontra, mungkin kasusnya tidak melebar.
Fungsiutama Public Relations adalah menumbuhkan dan mengembangkan hubungan baik antarlembaga dengan publiknya, internal maupun eskternal dalam rangka menanamkan pengertian, menumbuhkan motivasi dan partisipasi publik dalam upaya menciptakan iklim pendapat (opini publik) yang menguntungkan lembaga organisasi. Ø Komunikasi Internal.
Kelihatannya mereka memang sangat berhati-hati untuk kasus ini," nilai Budi. Senada dengan Budi, Wartawan Senior Harian Analisa Medan Sutrisno, juga menuturkan bahwa sejauh ini peran PR AirAsia hanya tercatat aktif dalam mengirim rilis perkembangan terkini seputar kasus jatuhnya pesawat. "Bahkan, materi rilis yang disampaikan terhitung 'basi'.
GoodPR: Kasus Burger King. Adapun praktik public relations (PR) yang baik dapat dilihat pada cuitan restoran cepat saji Burger King beberapa waktu lalu yang dengan sukarela mengajak pelanggannya untuk membeli makanan dari perusahaan kompetitor seperti McDonalds, KFC, Wendy's, Pizza Hut, dan restoran cepat saji lainnya.
KegiatanPublic Relations dalam PMI Kota Surakarta, khususnya PR. writing juga berperan untuk menarik khalayak guna kegiatan pengumpulan. dana serta menarik minat masyarakat menjadi sukarelawan. Itulah yang menjadi dasar penulis untuk memilih instansi magang serta. menerapkan disiplin ilmu.
REPUBLIKACO.ID, JAKARTA -- Launching dan bedah buku Islam, "Masyarakat Sipil, dan Demokratisasi: Studi Kasus Muhammadiyah dan NU di Indonesia Pasca-Suharto" karya Pramono Ubaid Tanthowi ini diselenggarakan oleh Jaringan Intelektual Berkemajuan (JIB), pada Senin (17/1/2022) via daring dan disiarkan langsung oleh JIBPost, media jaringan intelektual berkemajuan.
CorpusID: 213130119; Pengantar Public Relations Di Era 4.0 : Teori, Konsep, Dan Praktik Kasus Terkini @inproceedings{Sujanto2019PengantarPR, title={Pengantar Public Relations Di Era 4.0 : Teori, Konsep, Dan Praktik Kasus Terkini}, author={Raditia Yudistira Sujanto}, year={2019} }
CrisisPublic Relations oleh: FIRSAN NOVA Terbitan: (2011) Crisis Public Relations : Strategi PR Menghadapi Krisis, Mengelola Isu, Membangun Citra, dan Reputasi Perusahaan oleh: Nova, Firsan Terbitan: (2011)
. JAKARTA, - Ketua Departemen Pendidikan Asosiasi Perusahaan Public Relations Indonesia APPRI, Arya Gumilar berpendapat, nilai, visi dan misi Eiger sebagai brand ternama tidak sampai ke seluruh karyawan di perusahaan tersebut. Arya mengeluarkan pendapat tersebut menyusul viralnya sebuah unggahan di media sosial medsos yang menampilkan 'Surat Keberatan' dari PT Eigerindo Multi Produk Industri pada Kamis 28/1/2021.Surat tersebut Eiger tujukan buat seorang YouTuber bernama Dian Widiyanarko atau duniadian. Produsen alat-alat outdoor activities itu merasa keberatan dengan konten review produk di akun Dian. Baca juga Menilik Keberatan Eiger ke YouTuber dari Kacamata Hukum Padahal, Dian membeli sendiri produk tersebut untuk ia jadikan konten review, bukan endorse dari Eiger."Dari segi public relations PR, saya melihat kasus ini bukan hanya masalah perorangan atau divisi yang bersangkutan. Di era interaksi seperti sekarang, semua karyawan adalah duta perusahaan," kata Arya saat dihubungi Jumat 29/1/2021. "Jika ada isu terkait perusahaan, setiap karyawan yang tergabung di grup Whatsapp sekolahan misalnya, juga pasti ditanya sama teman-temannya karena mereka tahu karyawan ini kerja di mana. Maka, brand purpose perusahaan seharusnya dipahami semua karyawan," jelasnya. Arya yang juga General Manager di SAC Indonesia 360 Communications dan BAYK Strategic Sustainability itu pun mempertanyakan bagaimana Eiger memosisikan diri di publik sehingga menyebabkan terjadinya kasus yang merugikan nilai brand mereka. "Eiger memosisikan diri di publik sebagai apa? Kalau positioning-nya adalah 'produsen outdoor goods untuk semua kebutuhan dan untuk semua konsumen dari pemula sampai praktisi professional outdoor activities', maka harus mengerti kalo brand-nya itu milik semua orang. Enggak boleh marah kalau ada yang bikin konten dengan kualitas tidak sesuai keinginan. Contoh Presiden milik semua kalangan, masak marah kalo ada foto beredar dia lagi salaman sama masyarakat miskin?" papar Arya. "Tapi, kalau positioning-nya 'Eiger itu brand keren yang enggak semua orang bisa pakai. Produk ini harus terlihat bagus karena kita bikin supaya orang terlihat cakep', maka Eiger enggak perlu minta maaf. Tinggal bilang 'Sorry, guys. Kita udah bikin keren-keren, masak di-review dengan kualitas video enggak keren. Konsumen kita yang udah keren-keren nanti keberatan'," ucapnya. Menurut Arya, keputusan Eiger yang kemudian meminta maaf berupa surat dengan membubuhkan tanda tangan Ronny Lukito selaku Chief Executive Officer dan diunggah ke medsos, berarti mereka merasa menjadi milik publik.
JAKARTA, – Mengutip teori Bill McFarlan dalam bukunya “Drop the Pink Elephant 15 Ways to Say What You Mean and Mean What You Say”, Managing Director IMOGEN PR Jojo S Nugroho mengatakan, ada tiga formula permintaan maaf yang dinilai dapat memuaskan konsumen saat brand/perusahaan saat melakukan kesalahan atau tindakan yang menciderai reputasi. Antara lain, regret, reason dan remedy 3R. Regret bermakna menyesali dengan tulus atas perbuatan yang telah mengecewakan stakeholders. Reason adalah memberikan alasan atas kejadian yang telah terjadi. Sementara remedy merupakan tindak lanjut yang diikuti dengan memberikan solusi kepada pihak-pihak yang dirugikan oleh brand/perusahaan. Menurut Jojo, dalam kasus Eiger, jika merujuk pada teori tadi, perusahaan yang bergerak di bidang di bidang manufaktur dan retail peralatan petualangan di alam terbuka ini baru melakukan dua dari tiga permohonan maaf. Yakni, regret dan reason. Belum sampai ke tahap remedy, atau memberikan solusi. “Inilah yang yang luput dari standby statement yang disampaikan sang CEO di dalam suratnya,” ujarnya. Sebab, ia melanjutkan, permasalahan tidak selesai hanya dengan permintaan maaf, memberikan penjelasan, bahkan sekadar memberikan potongan harga. “Semua orang menunggu tindak lanjut nyata yang akan diambil oleh perusahaan terhadap reviewer mereka,” katanya. Contoh remedy atau tindak lanjut ini bisa dilakukan dengan cara membangun hubungan secara kekeluargaan, memberikan penawaran endorsement, hingga menjatuhkan sanksi kepada pihak yang bertanggung jawab terhadap kejadian tersebut. Jangan Memaksa Menurutnya, di era digital ini, penting bagi para pelaku public relations PR untuk menyadari bahwa perusahaan tidak dapat memaksakan produknya ke konsumen product driven. Sebaliknya, menjual brand sesuai dengan kebutuhan konsumen customer driven. Lainnya yang perlu menjadi perhatian adalah konsumen di era digital seperti sekarang itu saling berinteraksi dan terikat satu sama lain melalui media sosial. Mereka cenderung memiliki jiwa korsa yang tinggi dan bakal saling mendukung apabila terdapat brand/perusahaan yang berperilaku semena-mena kepada salah satu dari mereka. Contoh, masih pada kasus ini. Ketika ada youtuber merasa tidak terima dengan Surat Keberatan yang dilayangkan perusahaan, lalu ia mengunggahnya ke media sosial, maka dalam hitungan detik muncul warganet lain yang merasa senasib/pernah menerima Surat Keberatan serupa dari korporasi bersangkutan. “Akhirnya, isunya menjadi viral, perusahaan pun jadi bahan bullying warganet,” ujar Jojo yang juga menyayangkan respons yang diberikan oleh Eiger terkesan lambat. Pada prinsipnya, kata pria yang juga merupakan Ketua APPRI ini, cara PR melakukan engagement dengan influencer, baik blogger maupun vlogger sama seperti ketika mereka menjalin hubungan baik dengan para rekan media. Artinya, PR tidak bisa mendikte bagaimana cara mereka menulis berita maupun melakukan ulasan produk/brand kita. Berdasarkan teori PESO paid, earned, shared, owned, youtuber yang mengulas suatu produk secara independen—bukan kerja sama—termasuk ke dalam kategori earned media alias promosi gratis. ais
Jalan Kawi 29 Semarang 081215763693 , 08122851775 rep iklan
kasus public relations terkini